Rabu, 19 November 2014

Resiko Sumber Daya Manusia



MAKALAH
MANAJEMEN RESIKO
Dosen Pengampu :



Oleh :
HIKMAT RUKMANA
FINDA WIDARMA PUTRI

IAN RIDWANULLAH
HARLI GUSTIAN SULISTIO











JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SGD BANDUNG
2013-2014










KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada allah subhanawata”ala atas terselesaikanya makalah yang berjudul, RESIKO “LEMAHNYA MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas dari Dosen matakuliahManajemen Resiko.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
                                                                        Bandung,28 Oktober 2014




 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1             Latar  Belakang
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam perusahaan atau organisasi, terutama bagi perusahaan penyedia jasa. Semakin tinggi komponen jasa yang ditawarkan perusahaan, semakin tinggi nilai dan peran SDM. Perusahaan jasa sangat bergantung pada kualitas, kompetensi, dan profesionalisme SDM perusahaan yang bersangkutan. Brand nama yang diusung perusahaan jasa sangat ditentukan oleh kondisi kinerja mereka. Oleh karenanya, peran SDM perlu dikelola dengan sentuhan manajemen resiko SDM.
Risiko yang ditimbulkan SDM perlu dikelola agar tidak menimbulkan kerugian, baik finansial maupun reputasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko merugikan nama perusahaan. Manajemen risiko merupakan salah satu cara untuk mengatasi hal itu. Karena manajemen risiko merupakan proses pengukuran atau penilaian serta memerlukan seni untuk mengembangkan strategi pengelolaannya, misalnya risiko itu dipindahkan kepada pihak lain, mengurangi efek negatif dari risiko, dan lain-lain. Pada model pendekatan tradisional, risiko yang ditimbulkan oleh SDM hanya berkisar pada kematian, tuntutan hukum, dan upah). Agar tidak menimbulkan risiko, maka SDM perlu dikelola secara profesional, yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang ada dalam manajemen SDM.

1.2                     Rumusan Masalah
1.              Pengertian Resiko
2.              Definisi Manajemen Resiko
3.              Resiko Sumber Daya Manusia dan pekerja Inti
4.              Resiko Keselamatan dan kesehatan Kerja
5.              Resiko Kejahatan
6.              Cara Penangana Resiko SDM
1.3                     Tujuan
1.      Memahami resiko lemahnya manajemen sumber daya manusia dan pekerjaan inti.
2.      Memahami cara mengatasi Resiko kesehatan dan keselamatan kerja.
3.      Memahami cara mengatasi Resiko kejahatan








BAB II
PEMBAHASAN
             
2.1 Pengetian resiko

Lebih jauh dari G. Siegel dan Jae K. Shim menjelaskan analisa resiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi. Sementara itu David K. Eiteman. Athur I. Stonehil Dan Michael H. interest rate bases for asosiated assets and liabilities. ([1])
Risiko menurut Sumarjino (2004:23) adalah titik imbas dari suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang atau suatu perusahaan. Risiko biasanya terjadi apabila usaha yang kita jalankan telah melewati suatu kesalahan yang fatal sehingga menyebabkan suatu risiko yang harus kita hadapi. Risiko yang dimaksud adalah dampak yang akan terjadi apabila melakukan suatu  usaha. Bentuk risiko yang terjadi dapat berupa risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja. Risiko-risiko yang disebabkan oleh manajemen akan berakibat pada buruknya aspek sumber daya manusia dalam perusahaan.
Pengertian risiko menurut Anoraga (2004:327) :
1.      Risiko adalah kemungkinan kerugian peluang, kerugian biasanya digunakan untuk menunjukkan keadaan yang memiliki suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.
2.       Risiko adalah ketidak pastian,  yaitu adanya risiko karena adanya kepastian
3.      Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapakan, yaitu penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan ketidak pastian secara statistik.
4.      Risiko adalah probabilitas sesuai hasil berbada dari hasil yang diharapkan yaitu bahwa risiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi beberapa hasil, yang berbada dari yang diharapkan.
Menurut Darmawi (1990:v) risiko dapat dikatakan merupakan akibat (atau penyimpangan realisasi sari rencana) yang mungkin terjadi secara tak terduga. Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih baik menurut Anoraga, (2004:328). 
Risiko menurut  Sadikin (2002:30) adalah tanggungan atau efek yang ditimbulkan dalam suatu kegiatan yang bersifat personal yang timbul baik dengan adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam kegiatan tersebut. Beberapa perusahaan menghadapi risiko-risiko strategis dalam hal kurangnya persiapan untuk suksesi (pergantian pimpinan). Perusahaan keluarga kadang-kadang sulit untuk menentukan bagaimana mengendalikan perusahaan di masa depan karena sulit untuk memilih siapa yang akan memimpin perusahaan. Pilihannya apakah pada seorang anggota keluarga yang profesional tetapi masih berusia muda, atau mereka yang sudah cukup dewasa tetapi amatir, atau diserahkan kepada orang luar yang profesional dan matang usianya.
Menurut Basyaib (2007) risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi.
Manajemen risiko adalah sebuah disiplin pengelolaan yang tujuannya adalah untuk memproteksi asset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi, dan pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi besar karena bencana alam, keteledoran manusia, atau karena keputusan pengadilan (Wiliam T. Thornhill dalam Robert Tampubolon, 2006).
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya (wikipedia).
Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko, dan perlindungan harta benda, hak milik, dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko, dimana ketidakpastian ini dihubungan dengan penghasilan perusahaan, arus keluar masuk uang, dan harta benda yang telah ada atau yang dibutuhkan di masa datang (Silalahi dalam Husein Umar, 2008)

2.2  Definisi Manajemen Resiko

1.      Manajemen risiko adalah sebuah disiplin pengelolaan yang tujuannya adalah untuk memproteksi asset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi, dan pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi besar karena bencana alam, keteledoran manusia, atau karena keputusan pengadilan (Wiliam T. Thornhill dalam Robert Tampubolon, 2006).
2.      Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya (wikipedia).
3.      Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko, dan perlindungan harta benda, hak milik, dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko, dimana ketidakpastian ini dihubungan dengan penghasilan perusahaan, arus keluar masuk uang, dan harta benda yang telah ada atau yang dibutuhkan di masa datang (Silalahi dalam Husein Umar, 2008).
Manajemen adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang aada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komperehensif dan sistematis.

           Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko adalah penyimpangan rencana yang telah di buat tanpa dibuat atau di duga sebelumnya.

2.3  Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain (Mok et al., 1996):
1.      Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit.
2.      Memudahkan estimasi biaya.
3.      Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar.
4.      Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata
5.       Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
6.      Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
7.      Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
8.      Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.
Menurut Darmawi, (2005, p. 11) manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu:
1.      Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
2.      Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
3.      Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
4.      Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan
5.      Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manajemen Sumberdaya Manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja, dengan maksud untuk mencapai tujuan organaisasi perusahaan secara terpadu (Umar, Husein. 1997). Menurut Drs. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumberdaya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat
Manajemen sumberdaya manusia menurut Griffin (2004) adalah rangkaian aktivitas organisasi yang diarahkan untuk menarik, mengembangkan dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif.

2.3  Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia

Manajemen Sumberdaya Manusia terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi manajemen dan fungsi operasional .
Fungsi Manajemen terdiri atas:



Fungsi Manajemen
Fungsi Operasional
1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Pengorganisasian
3. Fungsi Pengarahan
4. Fungsi Pengkoordinasian
5. Fungsi Pengontrolan/Pengawasan
1. Fungsi Pengadaan
2. Fungsi Pengembangan
3. Fungsi Pemberi Kompensasi
4. Fungsi Integrasi
5. Fungsi Pemeliharaan



2.4  Peranan Sumberdaya Manusia

Menurut Arifin dan Fauzi (2007) peranan manajemen sumberdaya manusia adalah mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2.      Melakukan rekurtmen karyawan, seleksi dan penempatan pegawai sesuai kualifikasi pegawai yang dibutuhkan perusahaan.
3.      Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi dan pemutusan hubungan kerja.
4.       Membuat perkiraan kebutuhan pegawai di masa yang akan datang.
5.      Memperkirakan kondisi ekonomi pada umumnya dan perkembangan perusahaan pada khususnya.
6.      Senantiasa memantau perkembangan undang-undang ketenagakerjaan dari waktu ke waktu khususnya yang berkaitan dengan masalah gaji/upah atau kompensasi terhadap pegawai.
7.      Memberikan kesempatan karyawan dal hal pendidikan, latihan dan penilaian prestasi kerja karyawan.
8.      Mengatur mutasi karyawan.
9.      Mengatur pensiun, pemutusan hubungan kerja beserta perhitungan pesangon yang menjadi hak karyawan.

2.5  Resiko lemahnya sumberdaya manusia dan pekerja inti([2])

            Resiko sumberdaya yang dikemukakan oleh tanjung (2005), bahwa dalam kegiatan suatu usaha apabila ada resiko sumberdaya yang dihadapi maka dapat diwaspadai oleh perusahaan tersebut dengan pengendalian unit sumberdaya manusia menurut fungsinya serta kaitannya dengan resiko atau pelanggaran tersebut diberikan sehingga terjadi pemberian sanksi oleh pihak perusahaan dari pelanggar.
            Resiko ketenaga kerjaan  manajer hitt, et all (1996:289) ialah resiko kehilangan pekerjaan, kehilangan konfensasi atau hilangnya reputasi manajerial. Menurut Siagian (2001:25) imbalan nonfinansial bagi karyawan adalah untuk memuaskan kebutuhan psikologis dan status karyawan. Termasuk dalam hal ini adalah kendaran dinas pribadi, pengemudi, tempat parker khusus di pelataran parker, makan siang atas biaya perusahaan dan sekertaris pribadi.
Menurut Umar (1998:78) “beberapa perusahaan sangat bergantung kepada pegawai utama atau para pekerja senior atau anggota direksi. Jika para pekerja inti/senior ingin pindah ke perusahaan
pesaing maka jelas perusahaan dalam resiko besar, seperti pemberian informasi, pencurian rencana strategis perusahaan dan membujuk konsumen untuk pindah ke perusahaan pesaing”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa resiko Sumberdaya manusia adalah masalah yang ditimbulkan oleh tenaga kerja sehingga berdampak negative terhadap perusahaan
Kemungkinan kejadian risiko yang berkaitan dengan kondisi SDM terdiri dari: kemungkinan rendahnya tingkat kesehatan, kemungkinan tingkat kematian, dan pengaruh usia.

a.       Rendahnya Tingkat Kesehatan([3])
          Rendahnya tingkat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagai contoh tingkat kesehatan dipengaruhi oleh kondisi atau kebersihan kerja. Selain kondisi keja, rendahnya tingkat kesehatan juga dipengaruhi oleh suasana kerja. Kondisi kesehatan yang paling buruk adalah kalau karyawan sampai mengalami kecelakaan sampai cacat. Semakin tinggi tingkat kecelakaan dan tingkat cacat, semakin buruk pengelolaan SDM di perusahaan yang bersangkutan.Rendahnya tingkat kesehatan juga bisa diindikasikan oleh akses ke pusat kesehatan. Oleh karena itu, banyak perusahaan mengembangkan klinik untuk mempermudah

karyawan untuk mendapat perawatan. Harapannya, pengawasan dan penanggulangan masalah kesehatan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien.


b.      Tingkat Kematian
          Tingkat kematian SDM tidak selalu dikaitkan dengan kondisi perusahaan tertentu. Tingkat kematian terkait dengan tingkat kesehatan secara nasional.

c.       Pengaruh Usia
          Usia SDM antara 30 sampai 45 tahun dianggap sebagai usia paling produktif. Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan stamina dan fisik sangat tergantung pada usia. Berbeda dengan pekerjaan yang menuntut mental, pemikiran, dan pengalaman, justru semakin banyak usia semakin baik.

d.      Sistem dan Sarana
          Pemenuhan kebutuhan berdampak pada dua hal: peningkatan motivasi dan peningkatan kepuasan. Sistem dan sarana yang berhasil meningkatkan motivasi adalah sistem dan sarana yang bisa meningkatkan produktivitas karyawan. Peningkatan kepuasan menyebabkan karyawan tidak mengeluh, tidak keluar kerja, tidak mangkir, tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan kerja. Sistem dan sarana yang baik juga perlu untuk mendukung kelancaran pekerjaan.

e.      Risiko Kecurangan[4]
Risiko kecurangan menurut yang dipaparkan oleh Halim (2005) adalah unsur dari risiko murni yang dapat ditimbulkan dalam setiap usaha. Halim mengemukakan dari kedua macam risiko yang merupakan bagian dari risiko murni adalah merupakan dampak dari suatu usaha yang harus mendapatkan perhatian lebih karena dalam menjaga agar tidak terjadinya risiko tersebut adalah sangat riskan.
Banyak perusahaan mengatakan kecurangan merupakan kejadian yang lumrah dan alamiah di perusahaan selama mental orang-orang dalam perusahaan masih menganggap uang adalah tujuan bekerja, selain lemahnya moral. Kecurangan dapat diketahui dengan cepat tetapi dapat juga memakan waktu yang lama. Menurut Umar (1998:99) ada lima indikator kecurangan, yaitu:
1.        Jumlah barang secara fisik didalam gudang memperlihatkan jumlah yang berkurang jika    dibandingkan dengan yang ada di catatan atau komputer.
2.       Ada karyawan yang terlihat menjadi kaya mendadak, dimana dia beralasan misalnya karena kekayaan itu didapat dari judi atau lotere.
3.        Karyawan yang jarang libur walaupun pada hari-hari libur resmi dimana karyawan lain tidak ada dikantor.
4.       Bukti-bukti yang melibatkan pemasok, misalnya hanya pemasok tertentu saja yang dilibatkan dalam suatu proyek.
5.        Bukti-bukti yang melibatkan konsumen, misalnya catatan tentang pemberian kredit yang disamarkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa risiko kecurangan adalah faktor kesalahan yang sengaja dilakukan oleh orang dari diluar maupun dari dalam perusahaan tersebut.

f.        Resiko Pekerja inti
Resiko yang yang timbul yang ada pada bagian ini adalah jika perusahaan atau organisasi, melakukan penyewaan atau meminta bantuan kepada organisasi lain untuk melakukan pekerjaan initinya adalah organisasi tersebut akam kehilangan ciri khas apa yang di hasilkan oleh organisasinya karena pekerjaan nya terlalu banyak di lakukan oleh organisasi dari luar.


2.6   Beberapa upaya dalam menangani risiko SDM([5])
Menghadapi risiko SDM, tentu saja perusahaan harus melakukan upaya-upaya yang efektif, upaya-upaya tersebut antara lain :
1.      Memiliki tim manajemen yang kuat
2.       Menyiapkan SDM untuk suksesi
3.       Melarang para eksekutif bekerja rangkap
4.       Sistem insentif/penghargaan dan punishment yang efektif
5.      Menyiapkan job description, job specification, performance appraisal yang baik
6.      Komunikasi yang efektif antara pimpinan dengan bawahan
7.      Pelayanan kesehatan dan sistem keselamatan kerja yang memadai.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam manajemen suberdaya manusia terdapat berbagai resiko. Jika tidak ditangani dengan baik akan berdmapak negative pada perusahaan dan akan menghambat kinerja perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Resiko yang timbul baik itu perusahaan besar ataupun kecil dalam sumber daya manusia akan selalu ada. Maka dari itu perlu dilakukan pengawasan yang benar–benar terkontrol agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, baik itu resiko yang timbul dari pihak perusahaan maupun resiko yang timbul dari pihak luar yang tak terduga. Dan semua itu harus diperhitungkan terlebih dahulu supaya jika suatu saat resiko itu terjadi, maka diharapkan resiko yang terjadi tidak terlalu berpengaruh kepada kinerja perusahaan.






















DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Johar dan A. Fauzi. 2007. Aplikasi Excel dalam Aspek Kuantitatif Manajemen Sumberdaya Manusia. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Darmawi, Herman. 1990. Manajemen Risiko, Rajawali Pers. Jakarta.
Sadikin, 2002. Pengantar Bisnis, Edisi 1, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Halim, M. (http://www.google.sdm) Risiko Usaha Mandiri.
Basyaib, Fachmi. 2007. Manajemen Risiko. Grasindo. Jakarta.

HASIL WAWANCARA

Tanggal            : 02 November 2014
Tempat : Perusahaan kuliner
Narasumber     : Deny Kurniawan
Jabatan             : Penanggung Jawab

  1. Apa saja resiko yang timbul akibat lemahnya manajemen sumberdaya manusia dan pekerjaan inti ?
Resiko yang timbul akibat lemahnya manajemen sumberdaya manusia adalah (a) perusahaan agak sulit untuk mendapatkan laba dari target yang telah ditentukan sebelumnya, (b) perusahaan akan sulit untuk menentukan karyawan yang kompeten, (c) karyawan akan bersikap seenaknya kepada perusahaan karena kurangnya pengawasan dari pihak manajemen.

  1. Cara apa yang digunakan untuk mengatasi resiko kesehatan dan keselamatan ?
Berkenaan dengan mengatasi resiko kesehatan, perusahaan memberikan konvensasi kepada karyawan yang disaat bekerja mengalami kecelakaan. Namun dikarenakan perusahaan ini belum terlalu besar, jadi jaminan kesehatan dan keselamatannya belum melalui jamsostek atau perusahaan asuransi tetapi hanya di atasi oleh pihak intern karena resiko yang mungkin terjadi pun tidak terlalu besar. Selain itu, karyawan hanya bekerja dilingkungan yang tidak berkenaan dengan mesin-mesin yang berbahaya. Akan tetapi karyawan hanya sebatas menghidangkan dan melayani konsumen, jadi resiko yang mungkin terjadi pun akan sangat kecil dan pihak perusahaan pun tidak mengasuransikan kesehatan dan keselamatan karyawan.

  1. Cara apa yang digunakan untuk mengatasi resiko kejahatan ?
Pada resiko ini perusahaan memakai cara alternative. Jika resiko kejahatan yang berhubungan dengan kejahatan intern atau yang ditimbulkan oleh karyawan perusahaan melakukan perjanjian terlebih dahulu dengan calon karyawan yang akan bekerja disana dan membuat peraturan yang apabila dilanggar, karyawan akan mendapatkan sanksi. Dan untuk mengatasi dari pihak ekstern perusahaan melakukan pengamanan dengan cara teknologi maupun dengan memakai jasa keamanan. Nah yang dimaksud teknologi disini adalah perusahaan memasang kamera CCTV di sudut-sudut tertentu. Jadi bilamana terjadi kejahatan yang timbul dari luar akan terekam oleh kamera CCTV. Selebihnya, perusahaan memakai jasa manusia sebagai cara mengatasi kejahatan, yaitu dengan mempekerjakan security sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan.


[1] Dr. T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen Sumberdaya Manusia, Hal: 3
[2] Khairilanwarsemsi.blogspot.com/2011/10/pengaruh-resiko-sumber-daya-manusia dan.html!?m=1
[3] http://atilejna.blogspot.com/2014/06/manajemen-resiko-sumber-daya-manusia.html
[4] http://atilejna.blogspot.com/2014/06/manajemen-resiko-sumber-daya-manusia.html
[5] http://atilejna.blogspot.com/2014/06/manajemen-resiko-sumber-daya-manusia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar